Aku tidak datang dengan tangan kosong. Kutenteng bingkisan sebagai tanda terima kasih karna sajak-sajaknya telah berhasil membuatku sinting di dalam dunia kata-kata. Diterimanya bingkisanku dengan senyuman kemudian beliau memberikan secarik kertas di tangannya. Di situ tertulis, “Yang fana adalah waktu. Kita abadi.”
“Apa itu Abadi?”
“Apa Abadi berkaitan dengan cinta?”
“Tidak ada yang Abadi di muka bumi ini”
“Bahkan makna kata Abadi itu sendiri perlu dicurigai,” Ujarku tidak setuju
Aku bergegas pulang karna kecewa dengan Sapardi, menjelang tiba di rumah aku buka kembali kertas pemberian beliau. Di baliknya kutemukan gambar Chairil merokok dengan mata disipit-sipitkan. Gayanya seperti dibuat-buat, tapi keren juga. Di bawah wajah Chairil terdapat tulisan “Ah hatiku yang tak mau memberi, mampus kau di koyak-koyak sepi”.
Mampuslah
aku.